Kartun dan karikatur dalam media surat kabar merupakan opini dari pihak surat kabar atau koran tersebut dalam menyikapi hal yang terjadi. Biasanya hal yang dibahas adalah yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak.
Cara penyajian dalam kartun atau karikatur yang khas adalah 'jenaka'. Meskipun hal yang diangkat adalah sesuatu yang menyedihkan, ganas, atau mengerikan, selalu bisa membawa sisi jenakanya.
Salah satu kartunis media yang terkenal adalah Wahyu Kokkang. Kartunis Koran Jawa Pos yang berpusat di Surabaya. Kolom kartun Jawa Pos yang digawangi oleh Wahyu Kokkang bernama kolom Clekit.
Clekit selalu membahas isu besar negeri ini baik politik maupun hal lain. Misalnya ketika Raja Salman berkunjung ke Indonesia, Clekit juga membahas tentang para pangeran, dengan cara jenaka.
Saat isu korupsi raksasa kasus tender KTP elektronik atau e-KTP yang dikatakan melibatkan banyak pejabat baik eksekutrif maupun legislatif. Bahkan besar dana yang dikorupsi mencapai lebih dari 2 triliun rupiah. Gila!
Dana sebesar itu tidak akan habis jika hanya dikorupsi oleh dua orang. Sangat tidak mungkin. Maka sangat mungkin dikorupsi secara berjamaah. Bahkan disebut-sebut semua anggota dewan yang ada dalam komisi dan pemilik kewenangan yang berkaitan dengan tender e-KTP . Orang-orang yang diduga terlibat itu kini ada yang menjadi ketua umum parpol, ada pula yang jadi kepala daerah. ada pula yang menjadi menteri. Tidak hanya dari satu partai, bahkan hampir semua partai, ada anggotanya yang terlibat kasus korupsi raksasa ini.
Lalu, mengapa Wahyu Kokkang menggambar kartun tikus, pegang bendera merah putih, dan menyanyi, "Indonesia, Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku."
Sekarang, mari kita maknai kartun Clekit karya Wahyu Kokkang dari masing-masing tanda yang dipakai.
Tokoh utama kartun Clekit edisi 9 Maret 2017 ini adalah seekor tikus hitam, membelakangi pembaca. Di punggungnya terdapat tulisan 'Korupsi'. Tikus hitam tersebut memegang bendera merah putih dengan tiang yang mewah, bukan tiang bambu. Tikus tersebut menyanyi, awal lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pertanyaan: Mengapa korupsi, bukan koruptor? Mungkin Wahyu Kokkang, menganggap bahwa korupsi jauh lebih berbahaya daripada koruptor. Makanya, yang ditulis adalah korupsi. Dalam korupsi, bukan sekadar koruptornya, atau orang yang melakukan korupsi, tetapi juga kebijakan, cara, teknik kongkalikong, dan sebagainya.
Korupsi telah memegang kendali negera ini. Orang-orang penting di negeri ini, dan segala sistem di negara ini adalah sistem yang dipegang oleh koruptor dan korupsi. Ditandai dengan tikus yang memegang bendera merah putih, simbol negara.
Merah putih dalam kartun Wahyu Kokkang di atas bukan simbol perjuangan, karena merah putih diikat di tiang besi yang mewah. Jika diikat di tiang bambu, apalagi kalau runcing, baru itu tanda perjuangan atau perlawanan.
Tikus menyanyi lirik pertama lagu kebangsaan, Jika dimaknai, kata ganti 'ku' merujuk pada 'tikus korupsi'. Jadi dapat dipahami sebagai berikut:
Indonesia, tanah air tikus-tikus koruptor.
Tanah tumpah darah (kelahiran) korupsi yang terus berkembang merajalela.
Indonesia, negara kita ini sudah dikuasai para koruptor? Korupsi sudah menjadi tradisi?
Wahyu Kokkang dalam Clekit edisi 9 Maret berpendapat seperti itu.
Semog Tuhan masih mengasihi negeri ini.
Cara penyajian dalam kartun atau karikatur yang khas adalah 'jenaka'. Meskipun hal yang diangkat adalah sesuatu yang menyedihkan, ganas, atau mengerikan, selalu bisa membawa sisi jenakanya.
Kartun Wahyu Kokkang dalam Kasus KTP Elektronik - Facebook Wahyu Kokkang |
Salah satu kartunis media yang terkenal adalah Wahyu Kokkang. Kartunis Koran Jawa Pos yang berpusat di Surabaya. Kolom kartun Jawa Pos yang digawangi oleh Wahyu Kokkang bernama kolom Clekit.
Clekit selalu membahas isu besar negeri ini baik politik maupun hal lain. Misalnya ketika Raja Salman berkunjung ke Indonesia, Clekit juga membahas tentang para pangeran, dengan cara jenaka.
Saat isu korupsi raksasa kasus tender KTP elektronik atau e-KTP yang dikatakan melibatkan banyak pejabat baik eksekutrif maupun legislatif. Bahkan besar dana yang dikorupsi mencapai lebih dari 2 triliun rupiah. Gila!
Dana sebesar itu tidak akan habis jika hanya dikorupsi oleh dua orang. Sangat tidak mungkin. Maka sangat mungkin dikorupsi secara berjamaah. Bahkan disebut-sebut semua anggota dewan yang ada dalam komisi dan pemilik kewenangan yang berkaitan dengan tender e-KTP . Orang-orang yang diduga terlibat itu kini ada yang menjadi ketua umum parpol, ada pula yang jadi kepala daerah. ada pula yang menjadi menteri. Tidak hanya dari satu partai, bahkan hampir semua partai, ada anggotanya yang terlibat kasus korupsi raksasa ini.
Lalu, mengapa Wahyu Kokkang menggambar kartun tikus, pegang bendera merah putih, dan menyanyi, "Indonesia, Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku."
Sekarang, mari kita maknai kartun Clekit karya Wahyu Kokkang dari masing-masing tanda yang dipakai.
Tokoh utama kartun Clekit edisi 9 Maret 2017 ini adalah seekor tikus hitam, membelakangi pembaca. Di punggungnya terdapat tulisan 'Korupsi'. Tikus hitam tersebut memegang bendera merah putih dengan tiang yang mewah, bukan tiang bambu. Tikus tersebut menyanyi, awal lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pertanyaan: Mengapa korupsi, bukan koruptor? Mungkin Wahyu Kokkang, menganggap bahwa korupsi jauh lebih berbahaya daripada koruptor. Makanya, yang ditulis adalah korupsi. Dalam korupsi, bukan sekadar koruptornya, atau orang yang melakukan korupsi, tetapi juga kebijakan, cara, teknik kongkalikong, dan sebagainya.
Korupsi telah memegang kendali negera ini. Orang-orang penting di negeri ini, dan segala sistem di negara ini adalah sistem yang dipegang oleh koruptor dan korupsi. Ditandai dengan tikus yang memegang bendera merah putih, simbol negara.
Merah putih dalam kartun Wahyu Kokkang di atas bukan simbol perjuangan, karena merah putih diikat di tiang besi yang mewah. Jika diikat di tiang bambu, apalagi kalau runcing, baru itu tanda perjuangan atau perlawanan.
Tikus menyanyi lirik pertama lagu kebangsaan, Jika dimaknai, kata ganti 'ku' merujuk pada 'tikus korupsi'. Jadi dapat dipahami sebagai berikut:
Indonesia, tanah air tikus-tikus koruptor.
Tanah tumpah darah (kelahiran) korupsi yang terus berkembang merajalela.
Indonesia, negara kita ini sudah dikuasai para koruptor? Korupsi sudah menjadi tradisi?
Wahyu Kokkang dalam Clekit edisi 9 Maret berpendapat seperti itu.
Semog Tuhan masih mengasihi negeri ini.